bila aku pulang ke kotamu:
kuharap hutan-hutan itu masih
menyimpan aroma rempah
burung bidadari suaranya lengking
menggetar bunga gufasa
dan laut pun terus biru
burung elang tajam matanya
menembus muka laut
camar menetaskan riak air
bila aku tiba di kotamu:
buah nyamplung seperti kelereng raksasa
bakau buah-buahnya menyaring arus
sampan dan cadik teduh dijaga ombak
tapi saat aku di kotamu:
hutan pala cengkeh hilang bukitnya
tumbuh tembok memanjat gunung
di pantai tempat aku dan teman
bermain ombak sambil membujuk uhi
dengan pisang kepok dan segepok nasi
yang kucuri dari belanga ibu
kusaksikan ikan-ikan mati
di rumah sendiri
tersebab laut berkubang racun
karang berkalung plastik
tiga hari di kotamu:
tak kutemukan lagi teman-temanku
katanya mereka sibuk menyulam kursi
berebut angan di angin rapuh
Ibrahim Gibra
1 Maret 2020
Tuala Lipa
di kepalamu segala
kebanggaan bermuruah
kau bilang, itu tuala lipa dari negeri awan
yang menyaring dua samudra
supaya ini hutan pala cengkeh
memuliakan kita
supaya tegak ini harga diri
di kepalamu kau
sulam segala adab
dari titah raja-raja
yang baru pulang menundukkan laut
Ibrahim Gibra
3 Maret 2020
Gula Taré
kota-kota berlimpah manis
karena banyak pemanis
sampai-sampai di atas meja makan
manis kehilangan manis:
gula tare tenggelam di pasar kota
Ibrahim Gibra
25 Desember 2019
Kau Air yang Ingkar Basah
waktu itu, saat kata-kataku
penuh sepanjang jalan
kau beri tanda di persimpangan
tapi kau takut bilang
jalan mana yang kita tempuh
lalu kau pergi seperti angin
seperti api yang enggan terbakar
seperti air yang ingkar basah
Ibrahim Gibra
5 Maret 2020