
Hakim Abdullah juru bicara Komunitas Kalaodi menjelaskan, ritual Legu Dou ini digelar jika ada panen raya, musibah, ataupun perisitwa besar berhubungan dengan alam. Baik yang menimpa anak cucu Kalaodi, maupun Tidore umumnya. “Tergantung niat warga. Apakah berhubungan dengan musibah atau ucap syukur atas hasil panen yang diperoleh warga. Ritual kali ini lebih berhubungan dengan 'ucap syukur' atas hasil panen yang didapat. Karena di Kalaodi, baru selesai panen raya cengkih."
Inti ritual Paca Goya ini ketika Sowohi atau pimpinan adat masuk rumah kecil yang dianamakan folajawa. Di situ mereka menyampaikan bobeto untuk anak cucu, berupa peringatan agar tidak berbuat buruk terhadap alam atau lingkungan, maupun sesama manusia. Di situ juga disampaikan silsilah turunan orang Kalaodi. Dalam ritual ini juga dibacakan doa keselamatan untuk anak cucu turunan Kalaodi sebagai sebuah bentuk hubungan manusia dengan Tuhan.
Bahan pelaksanaan ritual, memiliki hubungan kehidupan antara manusia dengan alam serta Tuhan Yang Maha Kuasa. Lauk misalnya, menggunakan telur yang memiliki makna awal penciptaan manusia. “Kenapa bukan daging ayam, atau ikan? Karena ingin menjelaskan makna awal kehidupan manusia,” jelas Hakim.
Dalam ritual digunakan juga alat dan bahan yang diambil dari alam. “Penggunaan alat dan bahan dari alam itu memiliki makna-makna. Bambu, daun enau, daun pisang, hingga lauk yang dimakan. Semua memberikan pesan simbolik yang berhubungan dengan alam dan kekuatannya,” jelas Hakim.
Misalnya, penggunaan bambu sebagai simbol kembali kepada cara hidup pendahulu. Mereka tidak menggunakan piring pada awal kedatangan mereka. Bambu dibuat menjadi berbagai alat mengisi kehidupan. Ini bagian dari mempertahankan tradisi.
Dikatakan, substansi ritual Paca Goya ada di bobeto saat dalam rumah kecil atau folajawa. Di sinilah Sowohi menginformasikan jejak awal kedatangan orang pertama ke Kalaodi. “Dalam momentum ini terjadi semacam pertemuan khusus secara mistis, antara sowohi dengan leluhur Kalaodi. "Saya tidak bisa menjabarkan secara rinci karena sangat mistis,” katanya.
Dalam penyampaian bobeto juga menggunakan kekuatan gaib, yang berisi sumpah atau peringatan kepada anak cucu Kalaodi. Bobeto meminta agar menjaga kebersamaan dan keseimbangan dengan alam. Bobeto juga berisi pegangan untuk tidak berbuat jahat dan tidak merusak alam. Diyakini, suara para leluhur yang marasuk kepada orang yang mengucapkan bobeto.
"Intinya, ada hubungan penyatuan antara manusia dengan alam. Dengan begitu, kita tidak merusak alam,” tambahnya. (*)