× Humaniora Kesehatan Lingkungan Gaya Hidup Perempuan Agama Seni Budaya Sastra Sosok Wisata Resensi Nawala Intermeso Esai Media
#ESAI

Lahirnya Dua Teori Dunia (1)

Teori yang lama didebatkan ilmuan dan pemikir dunia...
Lahirnya Dua Teori Dunia (1)
Lorong Wallace di Ternate.

14/02/2020 · 3 Menit Baca

Januari 1858, kecamuk perang masih berlangsung akibat hegemoni bangsa-bangsa dunia di kepulauan rempah-rempah. Kala itu, Alfred Russel Wallace, seorang ilmuan, naturalis, kolektor spesimen dan ahli biologi lapangan berusia 35 tahun sedang merajut kumpulan pulau-pulau yang ia sebut Kepulauan Melayu (The Malay Archipelago), sebuah biografi yang menguraikan penemuan dan perjalanannya di Nusantara.

Sebuah artikel yang ditulis James McNish, terbit pada 8 Januari 2018. Judulnya Who was Alfred Russel Wallace?, menerangkan bahwa Wallace melakukan ekspedisi selama delapan tahun di Kepulauan Melayu. Selama itu, Wallace mengumpulkan 125.660 spesimen yang menakjubkan, termasuk lebih dari 5000 spesies yang baru dalam ilmu pengetahuan barat. Ia telah memperhatikan pola mencolok dalam distribusi hewan di hampir seluruh gugusan pulau-pulau melayu, karena itu ia mengusulkan garis imajiner yang membagi wilayah menjadi dua bagian, garis imajiner ini kemudian dikenal sebagai Garis Wallace yang menandai batas antara kehidupan binatang di wilayah Australia dan Asia. Garis-garis tersebut melintang di sepanjang Kepulauan Nusantara (Pulau Kalimantan dan Sulawesi) serta memisahkan Selat Lombok dan Pulau Bali.

Suatu hari pada tahun 1858, ketika Wallace demam dan berbaring di gubuknya di Pulau Ternate, ia seperti mendapat ilham. Di negeri yang praktek pemerintahanya dipimpin oleh seorang Sultan. Wallace akhirnya memahami bagaimana spesies berevolusi, mereka berubah karena individu-individu yang paling kuat bertahan dan bereproduksi, meneruskan karakteristik menguntungkan mereka kepada keturunanya. Kesadaran pikir ini menurut Siddhartha Gautama, seorang guru besar Buddha, adalah pelopor dari segala sesuatu pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Karena itu, nasib kita kedepan akan ditentukan oleh isi pikiran kita sekarang.

Setelah cukup kuat, Wallace bangun dari tidurnya dan menulis sebuah makalah disertai surat pengantar yang menjelaskan tentang teori itu. Surat itu dikenal dengan nama ‘Letter From Ternate’ bertanggal 9 Maret 1858 yang dikirimnya kepada Charles Darwin, orang yang dia kenal tertarik dengan masalah itu. Tanpa disangka-sangka, konsep teori evolusi itu menjadi cikal bakal perkembangan ilmu pengetahuan di dunia. Surat Wallace dari Ternate itu mengguncangkan Darwin dan kawan-kawanya.

Ini karena sebelumnya Darwin dan timnya sudah terlibat dalam proses pemikiran ilmiah mengenai seleksi alam tersebut, tetapi belum juga mampu membuat kesimpulan sejelas yang Wallace simpulkan. Itu sebabnya, pada 1 Juli 1858, kawan-kawan Darwin, Charles Lyell dan Joseph Hooker, merekayasa pertemuan ilmiah di Linnean Society dan mendeklarasikan Darwin dan Wallace sebagai penemu dasar evolusi. Sebuah artikel yang diterbitkan Liputan 6 pada 24 Januari 2013, berjudul ‘Kisah: Ide Teori Evolusi Tercetus Saat Wallace Demam di Halmahera’ menyebutkan, pemikiran itu menunjang teori evolusi yang dipopulerkan Darwin melalui bukunya ‘The Origin of Species’ tahun 1859. Satu tahun setelah penulisan makalah Wallace.

Pada kisah yang lain juga menceritakan ruang dialektika yang penuh nuansa pencarian eksistensi pengetahuan. Ternyata, dulu Provinsi Maluku Utara (Negara Federasi di masa berjayanya empat Kesultanan Moloku Kie Raha) tidak hanya menyuguhkan cengkih dan pala sebagai sektor produsen ekonomi terkuat pada masanya. Tetapi juga menyediakan laboratorium sains (science) yang memiliki kualitas tinggi. Komponen sains itu dapat dilacak melalui kisah pembenaran teori orbit dan rotasi bumi (heliosentris).

Bahwa sebelum Wallace tiba di gugusan pulau vulkanik ini. Ilmuan dan pemikir barat sudah lebih dulu berdebat soal teori yang dicetuskan Nicolaus Copernicus, seorang astronom sekaligus matematikawan berkebangsaan Polandia di masa renaissance yang menyatakan bahwa bumi merupakan pusat dari tata surya.

Teori yang lama didebatkan ilmuan dan pemikir dunia dengan Paus di Vatikan ini, baru bisa dibenarkan secara ilmu pengetahuan setelah perjumpaan navigator Portugis dan Spanyol di perbatasan Bastiong Talangame, Kota Ternate dan Tanjung Rum, Kota Tidore Kepulauan. Pada catatan pendukung lainya menyebutkan bahwa pembenaran teori ini bermula ketika Sultan Muhammad Al-Fatih, penguasa Utsmani ke-7 berhasil menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453, yang menjadi tanda runtuhnya kekaisaran Romawi Timur.

Kala itu, setelah Konstantinopel ditaklukan, seluruh produk rempah yang melewati jalur darat di Turki dihentikan dan tidak lagi didistribusikan ke wilayah Portugis dan Spanyol. Embargo jalur rempah ini sukses membuat penduduk dua negara Katolik itu bersitegang, suhu yang begitu dingin memicu percepatan ekspedisi dua negara tersebut mencari jalan menuju keplulauan rempah-rempah setelah Paus di Vatikan membagi dunia di luar Eropa menjadi duopoli eksklusif antara Spanyol dan Portugis melalui Perjanjian Tordesillas pada 1494. Perjanjian ini berisi tentang pembagian wilayah pelayaran kekuasaan antara Kerjaan Spanyol dengan Kerjaan Portugis. Di mana Spanyol memiliki wewenang berlayar ke Barat, sedangkan Portugis memiliki wewenang berlayar ke arah Timur.

Dasar pikir saya meyakini bahwa dua gugusan pulau Vulkanik di Provinsi Maluku Utara ini menjadi "titik nol" pembenaran Teori Heliossentris adalah karena pada saat Perjanjian Tordesillas dibuat, para Paus di Vatikan berpandangan bahwa bumi masih berbentuk datar. Teori tentang orbit dan rotasi bumi yang dicetuskan Nicolaus Copernicus ini baru bisa dibuktikan secara ilmu pengetahuan dan sains setelah ada perjumpaan pelayaran dunia, dua negara digdaya di masa itu, di Ternate dan Tidore.

Penjelasan yang paling mudah dimengerti adalah bahwa meski kedua negara itu berbeda arah saat berlayar, namun titik jumpanya ada di Ternate dan Tidore. Artinya, bumi berbentuk bulat bukan datar. Dr. Syaiful Bahri Ruray, seorang pegiat sejarah Moluku, berkesimpulan bahwa Ternate adalah titik nol (zero point) peradaban dunia, memiliki kejayaan yang gemilang di masa lalu, karena dari Tidore dan Ternate, teori Heliosentris dibenarkan. Teori ini akhirnya memberikan perubahan signifikan berupa revolusi sains dengan munculnya ilmuan seperti Galileo Galilei, Johanes Kepler, Rene Descartes, Hingga Isaac Newton.

Pada akhirnya, setelah membaca tulisan ini, tatapan utopia kita sekarang haruslah mengikuti tatapan Alfred Russel Walace dan Nicolaus Copernicus. Meskipun di sebelah barat dunia, laut dan hamparan tanah memisahkan, tetapi seberkas warna tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan sains di gugusan pulau-pulau vulkanik masih abadi dalam dialektika perkembangan zaman. [bersambung…]


Share Tulisan Nasarudin Amin


Tulisan Lainnya

Benny

#ESAI - 10/08/2021 · 15 Menit Baca

Delusi

#ESAI - 03/08/2021 · 15 Menit Baca

Saturasi

#ESAI - 26/07/2021 · 15 Menit Baca