× Humaniora Kesehatan Lingkungan Gaya Hidup Perempuan Agama Seni Budaya Sastra Sosok Wisata Resensi Nawala Intermeso Esai Media
#OLAHRAGA

Ikram Selang, Bintang dari Bajo Kayoa

Maestro sepak bola dari Indonesia Timur

Pengamat Sepakbola
Ikram Selang, Bintang dari Bajo Kayoa
Foto: Ikram Selang/dok pribadi.

04/11/2019 · 3 Menit Baca

Seorang anak kecil berlari di bawah teriknya matahari di bumi khatulistiwa--di lapangan yang tak ada rumputnya, berbatu, tanpa alas kaki. Dia terus menggiring bola, satu persatu lawan dia lewati dengan entengnya, seakan tak ada yang sepadan untuk anak seusianya.

Bakat alam itu sudah terlihat sejak kecil, tanpa belajar teknik sepak bola dari siapapun. Semuanya mengalir begitu saja, indah dipandang, sangat menghibur, saat dia meliuk-liuk dengan bola. Dia selalu menjadi bintang di setiap cerita sore anak-anak Desa Bajo Kayoa.

Dengan segala keterbatasan sarana pendukung seperti sepatu, bola, bahkan lapangan, namun itu tidak mengendurkan semangat Ikram Selang kecil untuk menjadi seorang pesepak bola kelak nanti.

Siapa yang tak kenal seorang Ikram Selang di Maluku utara. Generasi milenial mungkin sedikit meremehkan, tapi tidak dengan angkatan 90-an. Ikram Selang adalah 'sang predator'. Momok menakutkan buat pertahanan lawan. Ikram adalah gabungan antara bakat dan kecerdasan otak dalam bermain sepak bola, bahkan menjurus jenius.

Lahir pada tanggal 5 Juni 1973, Ikram Selang memulai karier sepak bola pada pertandingan antar kampung. Dari satu turnamen ke turnamen lainnya. Dia selalu menjadi primadona di setiap turnamen. Top skor dan The Best Player menjadi langganan penghargaan untuknya. Hanya nasib lah yang membatasi kecemerlangan bakat sepak bolanya yang begitu luar biasa.

Di masa jayanya, Ikram disegani lawan. Perhatian khusus selalu tertuju kepadanya. Bahkan lawan sampai harus melakukan permainan yang sedikit ‘nakal’ untuk bisa menghentikannya.

“Paling awal saya merintis karier sepak bola itu cuman iko-iko pertandingan antar kampung (tarkam). Dan di Ternate khususnya, sangat bergengsi saat itu” Ikram membuka cerita. “Saya masih inga waktu itu antara tahun 1990 sampai 1992 saya main tarkam. Tahun 1993 akhirnya saya dapa pangge iko Persiter Ternate, sangat bangga,” lanjut Iksel (sapaan akrab Ikram Selang) bercerita. 

“Waktu itu ada turnamen Segiempat di Gurabati Tidore, ada 4 tim yang terlibat. Persiter, Persis Sorong, Persma Manado, deng Persis Soasio Tidore,”  kenang Iksel. “Di Persiter, ada nama-nama top waktu itu. Ada Haji Malik Zamrun, Almarhum Rustam Puha, Yamin Lampa. Di Persma ada Francis Wawengkang. Dan masih banyak lagi pemain-pemain top saat itu. Sangat bergengsi,” Iksel mengenang.

“Final waktu itu, Persiter lawan Persis Sorong. Tong kalah adu penalti. Saya yang jadi top skor dan pemain terbaik,” Iksel mengenang. “Di tahun yang sama 1993 saya dipanggil Klub Pusparagam Ternate, untuk mewakili Persiter Ternate, iko turnamen di Luwuk. Di situ saya juga jadi top skor dan pemain terbaik,” lanjut Iksel dengan bangga.

Sejarah pernah mencatat jika Ikram Selang adalah ikon Persiter Ternate, klub kebanggaan Maluku Utara saat itu. Dan buat kami, khususnya anak-anak Kayoa, Ikram Selang adalah idola. Kami selalu terobsesi untuk menjadi seperti seorang Ikram Selang. Sesuatu yang patut kami banggakan sampai kapanpun.

Namun yang sangat disayangkan, bahwa saat ini banyak bakat-bakat yang 'berhamburan' di tanah khatulistiwa tidak terurus dan sangat membutuhkan sentuhan dari pemerintah setempat untuk mengembangkan bakat mereka.

Belum ada fasilitas yang layak di sana. Untuk sebuah lapangan standar saja, kami tidak punya. Sesuatu yang perlu dimusyawarah kan bersama. Karena olahraga adalah aset daerah, khususnya sepak bola. 

Maradona dari Indonesia Timur

Sihir Ikram Selang tidak hanya sebatas turnamen-turnamen antar kampung atau turnamen berskala Nasional di zaman itu. Di kompetisi resmi PSSI-pun Ikram selang menunjukkan kehebatannya dalam mengolah si kulit bundar.

Dari tingkat regional sampai nasional, pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak selalu diraihnya. Oleh media-media nasional waktu itu, Ikram Selang dijuluki Maradona dari Indonesia Timur. Sebuah pengakuan atas bakat alamiah yang dimiliki Ikram Selang.

Sempat mendapat tawaran dari dua tim raksasa Liga Galatama waktu itu. Persija Jakarta dan Pelita Jaya. Namun keinginan itu tidak mendapat restu dari manajemen Persiter Ternate. Di lain sisi, Ikram Selang juga sulit meninggalkan sang pujaan hati yang baru resmi menjadi istri.

“Saat itu kalo jaman sekarang, mungkin saya bisa berangkat deng semangat. Karena komunikasi so pasti lancar. Tapi waktu itu komunikasi masih melalui surat. Saya bisa mati menahan rindu di Jakarta” kenang Iksel sambil tertawa.

Hidup untuk sepak bola

Seiring berjalannya waktu, Ikram akhirnya memutuskan untuk hengkang dari Persiter Ternate. Sedikit terlambat sebenarnya. Tetapi dalam sepak bola, Anda harus membutuhkan tantangan, menaklukkannya untuk berkembang.

“Tahun 2000, saya putuskan untuk menerima ajakan adik Syafrudin Rasyid ke PSPS Pekanbaru. Beliau termasuk junior saya waktu itu di Persiter,” lanjutnya bercerita. “Saya ingin mengubah karier sepak bola dan nasib saya. Sekalipun itu jauh dari kampung halaman. Pigi kase tinggal maitua yang saat itu baru habis melahirkan. Berat memang, tapi harus kuat,” kenang Iksel.

Di sepak bola, memang tidak ada tempat untuk berkecil hati. Antusiasme harus selalu kita tonjolkan, jika ingin berhasil. Ikram adalah contoh bagaimana seorang petarung sesungguhnya di dunia sepak bola. Sudah banyak bakat-bakat di sepak bola yang menyerah begitu saja, karena mereka takut dengan tantangan.

“Pulang dari PSPS tahun 2002, saya gabung lagi deng Persiter Ternate. Main di Persiter sampai 2005. Tahun 2007, saya tutup karier sebagai pesepakbola, waktu itu saya iko Persidafon Dafonsoro terakhir,” tutup Iksel.

Saya termasuk salah satu saksi menyaksikan sendiri kehebatan seorang Ikram Selang di lapangan hijau. Kami pernah main bersama di Laskar Kie Raha antara tahun 2002-2004. Dalam pandangan saya, Ikram Selang sangat mencintai sepak bola.

Hidupnya tidak bisa jauh dari sepak bola. Sampai detik ini pun Ikram masih tetap bergelut di dunia sepak bola. Bahkan anak-anak nya pun dididik untuk menjadi pesepak bola. Adalah gambaran bagaimana ambisi seorang Ikram Selang untuk kembali menaklukkan sepak bola dalam sosok ayah dan pelatih buat anak-anak Maluku utara. Peran bisa berbeda, namun raga dan batin nya, hanya untuk sepak bola semata.

Bagi saya Ikram Selang adalah sosok senior yang sangat bersahaja, tidak pelit ilmu dan the nice guy. Kaka Iksel begitu biasa saya menyapa dia, selalu mengingatkan bahwa di sepak bola anda tidak bisa menggantungkan nasib kepada orang lain. Bentuk dan pacu lah diri sendiri sampai di batas kewajaran, demi menyiapkan fisik dan mental, guna menghadapi keras nya dunia sepak bola Indonesia. [RedRose]


Share Tulisan Ahmad Sembiring Usman


Tulisan Lainnya

Benny

#ESAI - 10/08/2021 · 15 Menit Baca

Delusi

#ESAI - 03/08/2021 · 15 Menit Baca

Saturasi

#ESAI - 26/07/2021 · 15 Menit Baca