× Humaniora Kesehatan Lingkungan Gaya Hidup Perempuan Agama Seni Budaya Sastra Sosok Wisata Resensi Nawala Intermeso Esai Media
#SEJARAH

Perjalanan Panjang dan Nilai yang Harus Dipertahankan

Catatan di tanah Moloku Kie Raha.

Alumni Institut Agama Islam Negeri Ternate
Perjalanan Panjang dan Nilai yang Harus Dipertahankan
Ilustrasi: wikipedia.org

13/04/2020 · 3 Menit Baca

Sejarah panjang peradaban

Tiga buah kapal yang dikirim oleh Alfonso de Albuquerque pada akhir tahun 1511 untuk mencari rempah-rempah, diketahui sebagai pertanda awal-mula hubungan panjang bangsa Eropa dengan penduduk Kepulauan Maluku. Hubungan panjang yang berujung kerjasama, penghianatan, perampasan, penaklukan dan peperangan sampai pada abad ke XX.

Jauh sebelum itu, penduduk di Kepulauan Maluku sudah berhubungan dengan dunia luar (global). Itu dibuktikan dengan terselamatkannya cengkih di Mesopotamia (sekarang Suriah) pada pertengahan tahun 1721 SM. Dengan dalil bahwa cengkih hanya tumbuh di Kepulauan Maluku (Ternate, Tidore, Moti, Makian, Bacan). Artinya peradaban di Kepulauan Maluku sudah ada jauh sebelum Isa Al-Masih dilahirkan.

Bahkan China, yang merupakan salah satu peradaban tertua selain Mesopotamia pernah bersinggungan dengan Kepulauan Maluku (Ternate). Ada catatan pada tahun 1350 yang menjadi fakta bahwa jung-jung china berlayar tiap tahun menuju Kepulauan Maluku tidak lain dan tidak bukan karena kekayaan alam (rempah) yang secara kebetulan berlebih di daratan Maluku.

Kekuatan cengkih (rempah) sebagai harta yang paling berharga pada saat itu, secara kebetulan membawa kita untuk terlibat secara aktif dalam catur ekonomi global, karena tempat ini dikelilingi dengan apa yang dicari dunia saat itu, akhirnya mau tidak mau tetap menjadi sasaran utama bangsa Eropa. Bahkan ekspedisi Columbus yang katanya mencari emas (El Dorado) ternyata juga mencari bumbu yang sumbernya adalah  rempah (El Picante). "Ad loca aromatu" demikian kata seorang humanis asal Fiorentina, Paolo dal Pozzo Toscanelli mentor intelektual Colombus, yang berarti ke tempat rempah-rempah berada. Walau pada akhirnya upaya Colombus untuk sampai pada daerah yang merupakan sumber asli rempah hanya sia-sia karena diterjang badai.

Berbeda dengan Colombus, ekspedisi Magellan yang dipimpin oleh Ferdinand Magellan dan seorang Navigator Juan Sebatian Elcano (Magellan terbunuh sebelum tiba di Kepulauan Maluku dan ekspedisi itu dilanjutkan oleh Navigatornya), mereka tiba di Kepulauan Maluku (Tidore) pada tahun 1521, 8 November. Juru tulis dalam ekspedisi tersebut, Antonio Pigafeta, seorang ilmuwan dan juga bangsawan Italia, menulis bahwa raja-raja di Kepulauan Maluku telah memiliki banyak sutera Gujarat dengan harga yang sangat mahal.

Ada nilai luhur yang melekat

Historia magistra vitae, sejarah adalah guru sang kehidupan, demikian ungkapan latin yang sering didengungkan. Itu sebabnya, kisah-kisah ini selalu diceritakan dari mulut ke mulut bahkan ada catatan sejarah yang membuktikan itu, mulai dari transaksi-transaksi politik sampai pada peperangan, penaklukan dan perlawanan.

Mulai dari perlawanan Sultan Babullah (1528-1583) sang penguasa 72 pulau, terhadap Portugal atas pengkhianatan terhadap ayahnya. Sampai pada perjuangan sang Pahlawan Nasional Sultan Nuku (1730an-1805) yang berhasil mempertahankan harkat dan martabat tanah leluhurnya dari penjajah, Dia dikenal sebagai "de prins rebel", sang pangeran pemberontak, juga disebut sebagai "de aartroveer", sang bajak laut yang agung. Atau bahkan sikap Nasionalisme yang ditunjukan oleh Sultan Zainal Abidin Syah yang kemudian oleh Ir. Soekarno ditetapkan sebagai Gubernur pertama Irian Barat dan soasio sebagai ibukota provinsi Irian Barat, sesuai dengan SK Presiden RI No. 220/ Tahun 1961, Tanggal 4 Mei 1962.

Peradaban yang menarik, jika dilihat dari catatan Mesopotamia pada tahun 1721 SM, peradaban ini telah melewati berbagai macam situasi dan bertahan sampai saat ini.

Tapi apa yang membuat peradaban ini bertahan?

Yudi Latif dalam orasi ilmiahnya pada haul ke 13 Nurcholis Madjid, mengutip Arnold J. Toynbee bahwa disintegrasi sebuah peradaban, berbanding lurus dengan lemahnya visi spiritual yang dipegang oleh peradaban tersebut. Sebuah peradaban yang kokoh pasti memiliki nilai transendental yang yang utuh. Dalam perjalanan panjang, para beberapa mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan para bangsa Eropa karena ada hasrat yang berlebih untuk memperkaya diri dengan mengkhianati kepercayaan rakyatnya.

Nilai transenden ini begitu utuh, bisa kita periksa melalui wasiat para petuah yang sering dilisankan melalui syair-syair penuh makna untuk menjadi pelajaran, di Tidore misalnya, loa se banari, cing sa cingari, ngaku se rasai, mae se kolofino, suba se paksaan dan masih banyak juga dalam bentuk sajak, yang diharapkan tidak hanya menjadi pemanis kata tapi juga dalam langkah.

Kekuatan spiritual yang melekat bahkan sebelum masuknya agama samawi begitu kokoh, sehingga begitu mudah ketika peradaban ini "diagama-samawikan". Jauh sebelum apa yang kita sebut kemajuan dalam persepsi modern, wasiat-wasiat tetuah telah menunjukan nilai dari apa yang kita sebut "keadaban" disampaikan dengan begitu sederhana.

Edmun Husserl menjelaskan bahwa sebelum mengetahui sesuatu diluar dirinya, manusia terlebih dahulu harus mempunyai sense of being a self,  kemampuan rasio dan rasa tentang dirinya sehingga sadar akan apa yang dipersepsikan. Ini menunjukan bahwa, tetuah-tetuah punya kecerdasan yang melampaui zamannya walau kita sebut jauh dari zaman pengetahuan, mereka lebih berpengetahuan dan berkeadaban. Semoga tetap utuh dan bisa menjadi pelajaran.

Tempus mutantur, et mutamur in illid, demikian bunyi pepatah latin kuno yang bermakna, waktu berubah dan kita juga ikut berubah di dalamnya. Zaman kian manusia dengan rasio, rasa, karsa dan cipta, tantangan dan juga kebutuhan ikut berubah membentuk tatanan baru tapi nilai transenden yang tertanam akan tetap menjadi fondasi paling akhir di setiap zaman yang kian edan.


Share Tulisan Abd. Wahab A.Rahim


Tulisan Lainnya

Benny

#ESAI - 10/08/2021 · 15 Menit Baca

Delusi

#ESAI - 03/08/2021 · 15 Menit Baca

Saturasi

#ESAI - 26/07/2021 · 15 Menit Baca