MALAM DI TARAKANI
Hujan adalah hasil percintaan antara musim dan cuaca
kita berpasang mata--menyimpan hari di punggungnya
bila malam tiba dan pintu-pintu tertutup--- mata kita lautan
orang-orang berlayar di sana dengan mimpi----dan rintihan.
Hujan adalah hasil percintaan antara musim dan cuaca
kita berpasang mata---merindukan api di punggungnya
bila malam tiba dan api tak menyala- mata kita kuburan
orang-orang melayat di sana, tanpa bambu dan nyanyian.
Galela, 2020.
DI TENGAH DUKA
Di tengah duka
kamu ke duko
aku ke doku
kamu di puncak
aku di teluk
kamu raba bukit
aku jala laut
kesedihanmu
burung-burung
kesedihanku
ombak-ombak.
Morotai, 2020.
*duko: gunung api
*doku: kampung
AKE LAMO KE AKE MALAKO
Dari ake lamo
ke ake malako
kita berkadaho
di tengah hujan
air pulang ke laut
kita pulang ke rumah
air jadi asin
kita jadi insan.
Morotai, 2020.
*ake lamo: air besar
*ake malako: mata air
*kadaho: rakit.
BILA HARI-HARI CEMAS
Bila hari-hari cemas ini tak jua berakhir
kami gali tanah lalu kami buat laut sendiri-sendiri
biarkan sepi dan gelisah kami menjelma ikan-ikan
berenang--menyelam sambil timbul tenggelam di sana
di rumah yang mungkin telah dipilihkan sebagai kuburan.
Galela, 2020.
BULAN YANG INGIN
Bulan yang ingin kita rayakan
seperti padi pulo dirindukan bambu
seperti gogo odo dirindukan lebaran.
Malam seperti tungku
nasib merupa soo’ra
yang ditapis di atas sosiru
angin bawa ke mana
tak tak jatuh di mana.
Morotai, 2020.
*gogo odo: nasi bambu
*soo’ra: ampas kulit padi
*sosiru: sejenis tampayang.
DI DEPAN PINTU
-buat Tantri
Saya tahan kantuk
sampai ia terbatuk-batuk
bayangkan saja kalau saya tak tahan
ia pasti lemparkan saya ke dalam tidur
saya sendiri di sana digigit sepi dan mimpi, tanpa daya.
Kamu tahu? Di sana tak ada sesiapa
selain sebuah foto abu-abu yang tergantung
di dinding, yang tak mungkin bisa saya ajak bicara.
Biar di luar hujan menggonggong
dan saya kedinginan, saya tak peduli
saya cukup sendiri di sini, tak mau di sana
di sana saya tak bisa membaca dan menulis.
Galela, 2020.