kubiarkan daun-daun kering bergeletak
di bawah pohon
sebagai bukti
hijau akan bertakdir silara
kubiarkan kering juntai pelepah pisang
membungkus batang
agar aku bisa membaca arti kesetiaan
kubiarkan gugur daun
dilenting angin musim
agar aku bisa belajar pada
pertukaran waktu
daun yang bersilara
kering pelepah pisang yang tetap setia pada batang
dan daun-daun yang pergi meninggalkan ranting
adalah kita yang berdamai dengan waktu
Ibrahim Gibra
29 April 2021
Berlautlah kapal-kapal
kapal berlayar
kapal berlabuh
kapal menanam sauh dalam-dalam di
akar arus
kapal diam di dermaga
adalah kapal yang tak bisa berpaling dari laut
Ibrahim Gibra
29 April 2021
Di karang ikan tak berumah
siapa gerangan yang tega
merundung karang?
sedang ia makan dari
kepasrahan ikan yang syahid
di atas meja perjamuan
tadi malam kulihat ikan-ikan
kehilangan jejak arus
di kondominium sampah
yang tumbuh dari syahwat kota
sampai kapan kita memakan
sekaligus membunuh ikan-ikan?
sedang bila sumpek di kantor
kita rindu pantai
kalau bosan di rumah
kita bergirang di tepi laut
bila penat di akhir pekan
kita bermain riak
tapi mengapa kita mengirim
plastik
popok
pembalut
dan masker sisa nafas kita
menjadi sehampar racun
yang merundung karang dan ikan?
tadi malam kulihat ikan-ikan
tak berumah di rumah sendiri
Ibrahim Gibra
5 Mei 2021
Suatu hari tentang kaki
:untuk Dinda Je
aku bilang
langkahku hanya empat puluh
kau bilang
silakan langkahkan kakimu
aku bilang
kakiku sudah tua
kau bilang lagi padaku
usiamu sudah tua
tapi kakimu belum tua
lalu kita masih bicara tentang
kaki-kaki yang kuat
sedang ini jejak berhikayat sendiri
Ibrahim Gibra
6 Mei 2021
Ibrahim Gibra, nama pena dari Gufran A. Ibrahim, punya kegemaran menulis artikel ihwal bahasa, masalah sosial budaya, demokrasi, pendidikan, dan literasi di Kompas dan di sejumlah koran lainnya. Ia juga menulis sajak dan cerpen yang diterbitkan dalam bentuk buku maupun diterbitkan di koran cetak dan daring. Gufran A. Ibrahim adalah Guru Besar Antropolinguistik pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Khairun. Ibrahim Gibra telah menerbitkan antologi sajak pertamanya, Karang Menghimpun Bayi Kerapu (Penerbit Jual Buku Sastra, 2019). Kini Ibrahim Gibra telah merampungkan antologi sajak kedua, Musim yang Melupa Waktu (sedang dalam proses penerbitan) dan antologi ketiga, Pucuk pun Beriba pada Ranting (sedang dalam penyuntingan). Ia juga telah merampungkan buku kumpulan artikelnya yang pernah dimuat di Kompas dan koran lainnya, Bertutur di Ujung Jempol: Esai Bahasa, Agama, Pendidikan, dan Demokrasi (kini sedang dalam proses penerbitan). Ibrahim Gibra dapat dihubungi via ibrahim.kakalu@gmail.com