tak bisa kurapal dengan fasih
perjumpaan lenting angin
dan denting daun cemara
di antara kecipak sayap camar
musim manakah
yang enggan datang bertukar rupa?
tapi ini laut dan pantai
sudah lama menanti datang
orang-orang membawa deru kota
ini tempat segala penat
merebah
ini tempat segala galau
terhalau
hingga denting
daun-daun cemara itu
menderai segala dulu
hingga lenting angin itu
menyulam segala rindu
lalu orang-orang
kembali berkelana ke kota
sampai musim bertukar rupa
Ibrahim Gibra
14 Mei 2021
telah pergi kapal-kapal itu
telah pergi kapal-kapal itu
ke cakrawala
bersama deru ombak
dan angin
tapi siapa yang tahu
tempo apa kapal-kapal itu kembali bersauh?
hanya rindu seorang perempuan
hanya mimpi seorang anak
yang bisa membaca deru jangkar
kalaulah angin berganti musim
nyata sekali deru mesin di pelabuhan ini
Ibrahim Gibra
13 Mei 2021
kenangan bulan bersalin rupa
sore ini
bulan kecil baru saja turun di kaki langit
masih tersamar
tapi itukah tanda kita harus mulai
mengeja lagi hari-hari yang
dipilin deru kota?
arus semalam memang menggelar riak
dan bunga-bunga lamun pun meniriskan
bulan satu malam
lalu di pantai ini orang-orang berkaca:
“o, bunga lamun telah berkabar, bulan baru telah tiba”
sesudah itu semuanya menjadi biasa
dan hari pun bergegas pergi
sampai saatnya tiba lagi
bunga lamun meniriskan bulan satu malam
di lain waktu
begitulah kenangan bulan bersalin rupa
Ibrahim Gibra
12 Mei 2021
angin sakal [2]
:untuk Rita Inderawati
angin sakal memang memukul rinai
angin sakal memang menawar badai
tapi tak ada haluan yang melupa buritan
sebab bagi lelaki laut
angin sakal cuma cara buritan
menuntun haluan
angin sakal memang menghadang
angin sakal memang nakal
tapi tak ada haluan yang
tak berani pada tujuan
tak ada buritan yang melupa kemudi
sebab lelaki laut
sudah menitip janjinya
pada layar
Ibrahim Gibra
14 Mei 2021
Ibrahim Gibra, nama pena dari Gufran A. Ibrahim, punya kegemaran menulis artikel ihwal bahasa, masalah sosial budaya, demokrasi, pendidikan, dan literasi di Kompas dan di sejumlah koran lainnya. Ia juga menulis sajak dan cerpen yang diterbitkan dalam bentuk buku maupun diterbitkan di koran cetak dan daring. Gufran A. Ibrahim adalah Guru Besar Antropolinguistik pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Khairun. Ibrahim Gibra telah menerbitkan antologi sajak pertamanya, Karang Menghimpun Bayi Kerapu (Penerbit Jual Buku Sastra, 2019). Kini Ibrahim Gibra telah merampungkan antologi sajak kedua, Musim yang Melupa Waktu (sedang dalam proses penerbitan) dan antologi ketiga, Pucuk pun Beriba pada Ranting (sedang dalam penyuntingan). Ia juga telah merampungkan buku kumpulan artikelnya yang pernah dimuat di Kompas dan koran lainnya, Bertutur di Ujung Jempol: Esai Bahasa, Agama, Pendidikan, dan Demokrasi (kini sedang dalam proses penerbitan). Ibrahim Gibra dapat dihubungi via ibrahim.kakalu@gmail.com