:untuk Profesor Bani
sesudah orang-orang
pulang ke kampung
kota-kota itu menyimpan cerita
tentang jejak kelana
di antara derai bunga tulip
musafir nyaris lupa jalan pulang
tersebab kenangan itu
tumbuh kembali di ujung kota
lalu para lelaki dan perempuan
ingin sekali menulis ingatan
yang dilupa
ya, tentang ingat
segala lupa
Ibrahim Gibra
21 Mei 2021
tentang kota yang berderai suka [1]
:untuk Profesor Nurhayati
siapakah yang datang ke kota ini
berpunggung tiang?
sedang musafir pun
tak lupa menulis kenangan
tapi siapakah yang datang
ke kota ini
tak berderai suka?
sedang di ujung pergi
orang-orang selalu ingat jalan pulang
di sini
kota tiang-tiang
tetap setia berpasak rindu
sampai musim bertukar rupa
Ibrahim Gibra
21 Mei 2021
tentang kota yang berderai suka [2]
:untuk Dr. Rita Inderawati
masih adakah kota yang
tak berpasak rindu?
masih adakah kota yang
tak berderai suka?
akan kupinjam setangkai arus
akan kupetik sedaun ombak
lalu kutulis kabar tentang
musafir yang nyaris lupa jalan pulang
sebab beta su bilang lai
ini bukan kembara biasa
Ibrahim Gibra
21 Mei 2021
aku bertanya, berapa malam bulan malam ini
:untuk penggila mancing
ketika hujan mendiam riak
ketika arus meminang ombak
aku bertanya:
malam tadi bulan ada di mana?
masihkah ia menyaring arus?
masihkah ia menahan
rindu ikan pada kail?
tapi bila riak sudah tak beriak
ombak sudah tak berombak
angin sudah tak berangin
masihkah itu rindu kailmu
terpukul di ujung setangkai arus?
Ibrahim Gibra
21 Mei 2021
Ibrahim Gibra, nama pena dari Gufran A. Ibrahim, punya kegemaran menulis artikel ihwal bahasa, masalah sosial budaya, demokrasi, pendidikan, dan literasi di Kompas dan di sejumlah koran lainnya. Ia juga menulis sajak dan cerpen yang diterbitkan dalam bentuk buku maupun diterbitkan di koran cetak dan daring. Gufran A. Ibrahim adalah Guru Besar Antropolinguistik pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Khairun. Ibrahim Gibra telah menerbitkan antologi sajak pertamanya, Karang Menghimpun Bayi Kerapu (Penerbit Jual Buku Sastra, 2019). Kini Ibrahim Gibra telah merampungkan antologi sajak kedua, Musim yang Melupa Waktu (sedang dalam proses penerbitan) dan antologi ketiga, Pucuk pun Beriba pada Ranting (sedang dalam penyuntingan). Ia juga telah merampungkan buku kumpulan artikelnya yang pernah dimuat di Kompas dan koran lainnya, Bertutur di Ujung Jempol: Esai Bahasa, Agama, Pendidikan, dan Demokrasi (kini sedang dalam proses penerbitan). Ibrahim Gibra dapat dihubungi via ibrahim.kakalu@gmail.com