
Makrifat Cinta Makrifat
Aku bermimpi mencintaimu
dan hilang di ujung kenikmatan
sampai waktu pun lupa menulis
Kau bertanya, "Sejak kapan kita berjumpa?"
tapi waktu begitu kejam membentangkan jarak
kita dibuang ke hari yang jauh, dan
rindu menggunung di sana
padam di antara nyala dan bara
kamu bermimpi mencintaiku
dan kehilangan jalan pulang dari rimba kenikmatan
sampai lupa bahwa cinta adalah akad purba
Aku bertanya, "Sudah berapa lama kita berjumpa?"
Ibrahim Gibra
12 Desember 2019

Tentang Rumah yang Belum Beralamat
di kota yang berabad-abad berlimpah aksara
kau bilang rumahmu belum berhurufaku tahu, pada sekian kali derai hujan
huruf-huruf di rumahmu telah ditulis peri
saat ia datang mengetuk pintu, dengan sehelai ketukan
begitu lembut, tak ada suara
sampai-sampai kota pun terdiamlalu para pengembara pulang dengan dada terluka
tersebab bertemu rumah yang belum beralamatIbrahim Gibra
16 Desember 2019

Hujan Bulan Desember
: Sapardi Djoko Damonohujan bulan juni* sudah lama pergi
tetapi deras setangkup air hinggap ke muka daun
menulis hari-hari tersisa
dan, angka-angka siap berganti rupaada butir air di atas laut biru, dirinai daras awan
menjumpa hijau pulau-pulau itu
lalu hutan hujan menyimpan daun setahundari sini, embun membenih jendela kaca
angka-angka diantar ke lain waktuIbrahim Gibra
12 Desember 2019*Judul puisi Sapardi Djoko Damono, "Hujan Bulan Juni" (1989) dalam Hujan Bulan Juni (Gramedia, cetakan ketiga belas Maret 2019)

Kemarau di Ujung Talang
musim mengirim musim
sore ini turun hujankuyup kemarau di ujung atap, talangku bocor
tumpah-tumpah hujan hingga ke jalan-jalan
tapi ia tak bertemu tanahengkau mungkin lupa, kota-kotaku
adalah lantai beton, tiang-tiang raksasa
selokan bocor, sungai jebol
ikan gabus adalah plastik
yang girang seperti itik bertemu telagaaku selalu lupa
sama seperti aku selalu ingat
kemarau membanjir saban tahunIbrahim Gibra
28 Desember 2019

Marikurubu
Di gunung ini
alam mengirim suara, batu itu
bergumam, mari kurubu.Menyaring suara dari angin dan laut
batu dengung sudah lama diam di situ
bersama aroma cengkeh dan pala.Orang-orang datang mendengarkan gumam
siapa tahu ada kebenaran di sana
sayang, bunyi itu telah diam menjadi batu.Ibrahim Gibra
6 Oktober 2019